Kamis, 25 November 2010

Poem #44



Mengebiri Takdir sendiri
*******************

tak sepadan rasanya jika aku hanya menuntut diberikan bintang
tak serupa jika aku menuntut disamakan dengan permata
sebaris kata yang terselip diantara tumpukan keegoisan
hingga mataku mengucur deras rasa tak berdaya

tak perlu hitungan detik lagi
jika memang telah tertuliskan
jika memang telah tertetapkan
lalu apa gunanya doa?

masih terhenti pada bait peralihan kata
pada pergantian musim yang tak lagi sewarna
tergilas rasa yang hanya ingin menjadi pemenang
pun demikian dengan hatiku

air mata bak' musim penghujan 
mengalir deras tanpa bejana penampungan
membentuk genangan yang siap di tumpahkan
membanjiri tiap tangkup tangan yang kututupkan ke muka
apa artinya mengeluh,jika takdir hanya MilikNya
apa gunanya menangis,jika hati telah terpautkan
mungkin,bukan kali ini saja, saatnya nanti aku akan mengerti
________________________________________________
******************************************
[Suly Bungsu Kasmaja]
111110 [11 November 2010] 13:40

Poem #43



*berdamai dengan amarah*
_________________________

ku katakan dalam bait terbatas
"masihkah tersimpan olehmu"
ku tatap lekat dalam sinar yang meredup
temaramnya memudar diantara tembang kesnyian

kutanyakan kembali tentang baris terakhir harapanmu
masihkan tersimpan dalam kertas kusam berwarna seperti kelabu
coretan tentang irama hati yang dahulu pernah ku sampaikan
dan, kali ini ku pertanyakan, ingatkah ?

separuh senja terbenam, dawai hatiku berdesir
lirih terdengar angin yang berbisik, "masihkah kau ingat" , sergahnya.
ah,,,halusinasiku, oh bukan, ini seperti de javu tadi siang
ataukah mimpiku yang tak jua lekas berakhir

ya, kali ini , aku menyerah
tapi bukan pasrah
tapi bukan merasa lelah
hanya sedikit berdamai dengan gejolak amarah
berdamai dengan masalah
_________________
Mampang praptan raya , menjelang Ashar , Kamis 14 oktober 2010, 14:47

by : [suly bungsu kasmaja]

Poem #42



*bahwa,itu adalah dirimu* 


bagai perahu, laju cerita hidupku telah di pertengahan samudera
atau seperti malam yang setia menunggu rembulan
bahkan siang yang tak pernah lelah menunggu petang menjelang
seperti itulah perumpamaannya 


saat mencoba terjaga dari rangkaian drama roman picisan
menyusun lembaran kertas puisi-puisi sendu
kertas warna biru yang pudar warnanya
berdebu dan mungkin menjadi kusam , tak semenarik dulu


ah, , tidaksungguh ,
kali ini aku berani berdalih
bahwa, apa yang kau lihat tidaklah semua semu
bahwa, apa yang telah kau dengar itu tak semua palsu
bahwa, apa yang kau tanyakan tentang senja , itu adalah dirimu
--------------------
Poem by : Suly Bungsu Kasmaja 


Sembari nyari info ttg Taman Wisata Matahari-Bogor
Ruang sepiku yg lg berantakan mirip kapal pecah *lebay 


On September 23th,2010. 11:56

Poem #41



*Kebersamaan pemilik cinta*

Hening,,kesunyian yang menyapa kali ini
Meluruh hatiku di antara suara jangkrik kota yang tak lagi nyaring
mencoba terduduk tuma'ninah di hadapan pemilik cinta
duhai cinta,,,,kekalkan rasa yang ku patri di kedalamannya

Hiruk pikuk kotaku yang menghening sudah
sebagian mata terpejam di kejauhan mimpi-mimpi lelah tidurnya
sebagian yang lain terurai air bening menetes di selah kelopaknya
dan sebagian yang lain,,,,terdiam,duduk rapat menunggu fajar merekah

gemintang menghilang di pelupuk mata
bulan malu mengintip disebalik awan tipis
senyumku mengembang, melihat mentari menari-nari
nyanyian burung pagi menghampiri
mengiramakan melodi lagu syahdu tentang hati

beranjakku dari balik tabir dunia
melangkah pergi menyusuri pagi dengan kesegarannya
menghirup udara dengan kelembutannya
dan ketika kumandang adzan subuh terdengar, kuharap aku berada disana
bersama pemilik cinta yang tak pernah ingkar janjinya,,,
---------------------------
Menunggu subuh,di rumah mewah milik Kaysa Faradis Mahira
Bumi Karang Indah, Lebak Bulus 26 Agustus 2010, 04:40

Poem by : [ Suly Bungsu Kasmaja ]

Be My Friend

Happy People